Profil

Latar Belakang

Rumah Dhu’afa Indonesia adalah sebuah lembaga yang bergerak di bidang sosial dan berkomitmen terhadap ilmu serta dakwah Islam berdasarkan aqidah ahlussunnah wal jama’ah dan bermanhaj para salafus shalih.
Mengingat keadaan kaum muslimin di Indonesia yang masih banyak terpuruk ke dalam kesyirikan, bid’ah, khurafat dan amalan-amalan yang menyelisihi ajaran Islam serta banyaknya kaum muslimin yang terpuruk ke dalam kemiskinan hingga sebagian dari mereka tidak mampu menyekolahkan anaknya ke sekolah formal, hal ini melatarbelakangi berdirinya Rumah Dhu’afa Indonesia.
Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, Rumah Dhu’afa turut bertanggung jawab untuk membantu mencerdaskan bangsa, memperbaiki aqidah dan akhlak masyarakat serta berusaha mengentaskan mereka dari keterpurukan yang dialami dengan tenaga dan kemampuan yang ada.

Sejarah

Rumah Dhu’afa Indonesia lahir di saat kondisi masyarakat yang tidak kondusif, di mana tantangan zaman semakin berat dalam menghadapi era globalisasi sedangkan moral dan akhlak bangsa semakin merosot, serta banyaknya aliran-aliran kepercayaan yang dapat mendangkalkan aqidah umat Islam, serta banyaknya anak-anak dari kalangan yatim dan dhu’afa yang tidak mendapatkan penghidupan dan pendidikan yang bermutu sebagaimana layaknya.
Maka dari itu keluarlah ide-ide cemerlang untuk mengatasi masalah yang ada di kalangan masyarakat ini dan lahirlah sebuah lembaga yang bergerak di bidang sosial dan pendidikan yang diberi nama Rumah Dhu’afa Indonesia dengan program unggulan Pesantren Tahfidz Al-Qur’an, dan Islamic Home Schooling yang bernama Sekolah Al-Qur’an Informatika (SAI) yang beralamatkan di WISMA ILMU AL-AMIN Jl. Tangkuban Perahu Blok A /73 Perum Masnaga, Jakasampurna Bekasi 17145.
Rumah Dhu’afa Indonesia awalnya bernama Rumah Yatim Al-Amin. Sejak tanggal 20 Agustus 2009 M atau bertepatan dengan tanggal 1 Ramadhan 1430 H berganti nama demi untuk mengembangkan dakwah yang lebih luas.

Tujuan

Yayasan  Rumah Dhu’afa Indonesia ini bermaksud dan bertujuan merealisasikan pembangunan dan saling tolong menolong dalam kebajikan dan taqwa, guna mencapai kehidupan lahir dan bathin yang layak bagi manusia terutama masyarakat Islam di dalam arti yang seluas-luasnya untuk meraih Ridho Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Visi

Menjadi lembaga sosial dan pendidikan yang mampu memberikan solusi secara totalitas untuk menyantuni, membina dan memberdayakan para Yatim dan Dhu’afa.

Misi

Membuat dan menyelenggarakan sistem pendidikan dan pembinaan yang solutif, praktis dan aplikatif berbasiskan Islamic Home Schooling. Yang berasaskan Aqidah Islam dengan pembekalan kompetensi dan life yang memadai untuk para yatim dan dhu’afa serta masyarakat umum.

Manhaj Yayasan dalam Dakwah

Rumah Dhu’afa senantiasa mengutamakan ilmu dan nasehat di dalam dakwahnya dan menempuh cara-cara yang baik serta menjauhi segala bentuk anarkhisme di dalam menyeru kepada kebenaran.Yayasan menyelenggarakan pesantren bagi yatim dan dhuafa, yang pintunya senantiasa terbuka bagi setiap muslim yang berpartisifasi untuk kelangsungan panti sosial tersebut.
Yayasan tidak ingin melaksanakan program dakwah ini sendirian (single-fighter), akan tetapi senantiasa mengajak yayasan-yayasan dan lembaga-lembaga lain untuk bekerja sama di dalam dakwah dan pendidikan. Yayasan senantiasa menelaah berbagai kebutuhan yayasan-yayasan dan lembaga-lembaga lain serta berusaha sekuat kemampuan untuk turut membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut dan turut mengatasi kendala yang menghalanginya.
Dengan demikian akan tampak nyata realisasi dari firman Allah, “…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran…” (QS. Al-Maaidah : 2)

Asas dan Prinsip

Rumah Dhu’afa Indonesia berasaskan Islam, beraqidah ahlussunnah wal jama’ah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersaksi terhadap hal tersebut sebagaimana disebutkan dalam hadits Imran bin Hushain radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sebaik-baik generasi adalah generasiku, disusul generasi setelahnya, disusul oleh generasi setelahnya.”
Imran radhiallahu ‘anhu berkata, “Saya tidak tahu pasti, beliau menyebutkan dua generasi berikutnya -setelah generasinya- atau tiga generasi berikutnya.”
(Lanjutan hadits) “Kemudian setelah itu muncul segolongan kaum yang bersaksi tanpa diminta kesaksiannya, berkhianat dan tidak bisa dipercaya, bernadzar dan tidak menunaikannya, dan tubuh-tubuh mereka terlihat banyak dagingnya (gemuk, makan melebihi batas).” (HR. Al-Bukhari )
Berdasarkan hal tersebut, Rumah Dhu’afa Indonesia berkeinginan  untuk menciptakan sebuah generasi yang yang Islami, tidak lain karena semangat kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah semata-mata didasarkan atas kesadaran untuk mencari ridho Allah.